11 Januari 2008

SYEKH AHMAD YASSIN

(Penghulu Pejuang Palestina)
Hidupnya diinfakkan untuk membebaskan tanah Palestina dari cengkeraman zionis Israel. Pejuang intifadah itu akhirnya syahid seusai menunaikan salat shubuh di masjid. Nama lengkapnya adalah Ahmad Ismail Yassin, lahir di al-Joura, distrik Majdal, selatan Jalur Gaza, tahun 1939. Ketika usianya masih 10 tahun, ia dan keluarganya telah dipaksa menjadi pengungsi oleh agresor Israel, tahun 1948.

Ketika usia remaja, saat berolah raga, Syekh Ahmad Yassin mengalami kecelakaan. Itulah yang menyebabkannya ia menjalani hidupnya diatas kursi roda. Ketika dewasa, di atas kursi roda itulah seruan intifadhah ia serukan. Pada tahun 1959, tujuh tahun setelah kecelakaan yang dialaminya, Syekh Ahmad Yassin mengunjungi Mesir, dan menuntut ilmu di Universitas Ain Shams, dan memperoleh gelar diploma. Namun, yang lebih penting dari itu semua adalah perkenalannya dengan ide-ide dakwah yang diserukan oleh Imam Hasan al Banna. Akhirnya Syekh Ahmad Yassin bergabung dengan Ikhwanul Muslimin.

Rupanya kota Gaza membutuhkan seorang pejuang untuk pembebasan Palestina. Di tahun 1962 Ahmad Yassin merasa terpanggil untuk kembali ke Gaza dan berjuang di sana. Tapi tak lama kemudian, beliau kembali ke Mesir. Di Mesir, Syekh Ahmad Yassin disambut oleh penjara karena keterlibatannya dalam gerakan Ikhwanul Muslimin.

Pada tahun 1967, Syekh Ahmad Yassin kembali ke Palestina, menjadi guru dan imam di Masjid Gaza. Ia kemudian dikenal sebagai khatib yang berludah api, berlidah tajam. Seruan-seruannya untuk membebaskan tanah Palestina dari agresor zionis rupanya mulai tercium oleh Israel. Israel pun mulai mengincarnya. Di saat-saat seperti itulah, ia diangkat sebagai ketua Ikhwanul Muslimin Palestina.

Tahun 1982, Syekh Ahmad Yassin memulai perjuangan untuk membebaskan tanah palestina. Gerakan perjuangannya disebut dengan nama sandi Majd. Perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh Syekh Ahmad Yassin di seputar Jalur Gaza dan sekitarnya mulai membuat gerah zionis. Pemerintah resmi Israel pun menangkap Syekh Ahmad Yassin dan menjebloskan pria lumpuh ini dengan tuntutan 13 tahun ke dalam penjara. Di dalam penjara, kesehatannya kian parah. Siksaan yang ia terima membuat paru-parunya rusak, telinga nyaris tuli dan mata setengah buta. Tiga tahun kemudian, ia dibebaskan dengan cara pertukaran tahanan anggota intelijen Israel.

Pada tahun 1987, Syekh Ahmad Yassin bersama Abdul Aziz Rantisi, Khalid Mish’al dan beberapa tokoh pergerakan lainnya, mendirikan Al-Harakatu Al-Muqowwamatu Al-Islamiyyah , atau yang akrab dikenal dengan HAMAS. Baru saja gerakan ini didirikan tepat di pertengahan tahun, langsung menjadi primadona perjuangan Palestina.

Dalam berjuang, tidak sedikitpun tanpak kegentaran dalam diri Syekh Ahmad Yassin, baik dari nada maupun sorot matanya. Syekh Ahmad Yassin selalu menyerukan kepada umat Islam, “Aku akan berjuang bersama saudaraku, ketika mereka merampas rumahnya. Aku tidak melawan Yahudi karena mereka Yahudi. Aku melawan karena mereka merampas tanah kami dan karena arogansi mereka. Mereka telah mencampakkan rakyatku pada kesengsaraan yang berkepanjangan.”

Pada tahun 1989, Syekh Ahmad Yassin kembali ditangkap oleh Israel. Kali ini beliau dituntut 40 tahun penjara. Kesehatannya kian parah. Tapi Syekh Ahmad Yassin tetap tidak menyurutkan perjuangannya, bahkan kian gencar. Dengan demikian, Syekh Ahmad Yassin tetap menjadi orang yang paling berbahaya bagi Israel.

Perjuangan Syekh Ahmad Yassin hanya dapat dihentikan oleh maut. Semangat dakwah dan semangat perjuangannya sangat luar biasa. Sapto Waluyo, Ketua Jaringan Media Profetik menuturkan tentang semangat perjuangannya yang tak kenal lelah, “Pikirannya begitu jernih. Beliau memberikan tausiah pada siapa saja yang datang, menjawab telefon, bertanya kabar, tanpa kehilangan konsentrasi sedikit pun, menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara. Pada siang hari sebelumnya, beliau memimpin demonstrasi di Gaza sambil memperingati Isra’ Mi’raj. Padahal semua tahu kondisi Syekh Yassin, lumpuh total dengan gangguan pernapasan akut dan mata setengah buta. Setelah acara demonstrasi yang melelahkan itu, rangkaian agenda lainnya sudah menanti beliau, bahkan hingga jauh malam. Di sela-sela kesibukan tersebut, Syekh Yassin masih sempat bertanya kabar dan berita apa hari ini. Para pengawalnya membacakan berita, dan menjawab pertanyaan dari sang kakek. Ia bahkan sesekali minta izin pada tamu-tamu yang ia temui untuk menerima telepon. Begitulah kesibukan Syekh Ahmad Yassin sehari-hari, di usia tua dan dalam kondisi lumpuh. Pada malam harinya, beliau mengkhususkan waktunya untuk bertaqarub pada Rabbnya.”

Dr.Magnus Ranstrop, seorang pengamat gerakan Islam dari St.Andrews University yang beberapa kali bertemu dengan Syekh Ahmad Yassin, mengakui betapa kuat tekad perjuangan beliau untuk membebaskan tanah Palestina. “Setiap kali saya bertemu dengan Ahmad Yassin dan juga pemimpin HAMAS yang lain, mereka sangat konsisten pada satu hal, yaitu mereka akan mendirikan Negara Palestina pada tahun 2022 atau 2023 dengan demografi dan revolusi Islam yang melibatkan Negara-negara seperti Yordania dan yang lainnya.”

Khalid Mish’al, pemimpin senior dan Ketua Biro Politik HAMAS menyatakan bahwa Syekh Ahmad Yassin bukanlah figur yang radikal, tapi tegas menyatakan sikap, juga halus serta bijaksana. Dengan sikapnya yang demikian, Syekh Ahmad Yassin bisa diterima di banyak kelompok pejuang Palestia.

Syahidnya Syekh Yassin adalah syahid terbesar yang dirasakan oleh rakyat Palestina sekarang. Para pengamat Barat sering menyebut Asy Syahid sebagai pemimpin spiritual HAMAS, juga rakyat Palestina, Syekh Yassin adalah pemimpin besar. Tak hanya itu, Yassin juga simbol pemersatu untuk Palestina.

Pada tahun 1997, ia dibebaskan dari penjara Israel atas prakarsa Raja Hussein dari Yordania. Pertukaran tawanan kembali terjadi di bawah pemerintahan Benyamin Netanyahu. Syekh Ahmad Yassin ditukar dengan dua tawanan anggota intelijen yang gagal melakukan pembunuhan pada Khalid Mish’al.

Tahun 2000 gerakan intifadhah kedua pecah. Syekh Ahmad Yassin kembali diganjar tahanan rumah oleh Israel. Pada 6 September 2003, ia mengalami percobaan pembunuhan. Zionis Israel dengan menggunakan heli tempur melayangkan roket-roket jahanam ke rumahnya di Jalur Gaza. Tapi Allah SWT belum menghendaki Syekh Yassin meninggalkan Palestina. Ia hanya terluka di bagian lengan kanannya. Sebelum ajal menjemput, Syekh Ahmad Yassin masih sempat menulis surat untuk para pemimpin Arab yang akan menggelar konferensi Liga Arab di Tunis, yang akhirnya batal.

Dalam surat tersebut Syekh Ahmad Yassin meminta kepada kaum muslimin, khususnya para pemimpin Arab agar membantu perjuangan rakyat Palestina. Seluruh bentuk bantuan sangat diharapkan oleh rakyat Palestina yang sedang berjuang membebaskan tanahnya yang telah dirampas oleh zionis Isarel. Syekh Ahmad Yassin dalam surat terakhirnya tersebut mengetuk hati seluruh pemimpin Arab yang saat ini sedang berkuasa untuk memenuhi amanat dan tanggung jawabnya sebagai umat Islam. Syekh Ahmad Yassin menyadarkan mereka dan meminta mereka untuk segera bersatu merapatkan barisan untuk kemudian menghalau musuh abadi umat, zionis Israel. Sayangnya, surat tersebut tidak pernah tersampaikan kepada para pemimpin Arab tersebut.

Ajal, rezeki dan peruntungan sudah digariskan oleh-Nya. Pada hari Senin 22 Maret 2004, zionis Israel dengan menggunakan heli menghantamkan tiga roket ke kendaraan Syekh Ahmad Yassin, seusai shalat subuh di sebuah masjid di Gaza City. Ia menjemput syahidnya. Tubuhnya hancur berkeping-keping, tak ada bagian yang utuh. Penduduk Palestina mengumpulkannya dengan kantong plastik. Tubuh beliau memang sudah terberai, tapi semangat Yassin telah menyebar pada berjuta rakyat Pelestina dan berjuta umat Islam sedunia.

Selain Syekh Ahmad Yassin, dua pengawal dan lima warga Palestina lain terbunuh dalam serangan rudal tersebut. Keruan saja, kematian sang Syekh kontan menyulut kemarahan warga Palestina. Segera setelah berita kematiannya menyebar, awan Gaza City dipenuhi asap hitam dari ban-ban mobil yang dibakar sebagai isyarat protes dan kemarahan. Begitu pula dengan pengeras suara di masjid-masjid di seluruh Gaza tak henti mengumandangkan pesan duka atas kematian Syekh Ahmad Yassin. Di luar pusat otopsi Rumah Sakit Shiffa di Gaza, Ismail Haniya, salah seorang pimpinan Hamas, menghibur warga dengan menyatakan, “Jangan menangis, darah Syekh Ahmad Yassin akan mengalir dalam urat nadi seluruh bangsa Palestina.”

Pernyataan dari Ismail tersebut terbukti esok harinya. Lebih dari 200 ribu warga Palestina menyemut dan memenuhi jalan-jalan di Gaza City. Mereka mengantar jenasah almarhum ke pemakaman. Inilah jumlah massa terbesar dalam sejarah Palestina setelah dikuasai oleh Zionis Israel.

Tidak ada komentar:

Add to Technorati Favorites